Hong Kong, REQNews.com -- Awal 2010, grup K-pop merekrut warga Cina sebagai anggota adalah fenomena umum. Kini, sejumlah perusahaan hiburan besar dan menengah memutus hubungan dengan Cina.EXO adalah grup K-pop dengan anggota berasal dari Cina paling sukses. Mereka meraup fans dari daratan Cina, Hong Kong, Makau, dan Taiwan, berkontribusi pada penjualan tiket dan album.Di tengah ekspansi global dan ketidakpastian pasar, perusahaan hiburan Korea merampingkan bisnis di wilayah itu berdasarkan risiko yang diramalkan akan muncul.Kelompok-kelompok baru tidak akan merekrut anggota dari Cina daratan, Taiwan, atau Hong Kong. Mereka juga tidak akan mencari pasar dan membentuk kelompok fans di wilayah itu.Sumber yang punya pengetahuan tentang industri K-pop mengatakan kepada <a href="https://www.koreatimes.co.kr/www/art/2022/10/732_338387.html">Korea Times</a> bahwa Hong Kong memainkan peran sebagai pusat hiburan untuk memikat turis dari Cina daratan dan menyelenggarakan banyak konser artis K-pop.Namun, pasar yang tidak dapat diprediksi dan peraturan pembatasan Covid-19 yang ketat -- berkaitan dengan kebijakan Beijing -- banyak perusahaan K-pop menarik diri dari Hong Kong.Meski demikian Hong Kong akan tetap menajdi tempat yang secara simbolis mewakili pasar K-pop di Asia, kendati hanya 14 ribu kursi di AsiaWorld Expo -- ruang pertunjukan dan pameran terbesarnya.Artinya, Hong Kong bukan lagi pasar menguntungkan sejak awal karena ukurannya kecil. Margin keuntungan semakin tipis karena meroketnya biaya untuk mengundang artis populer di tengah booming K-pop. Jadi, Hong Kong kehilangan posisi sebagai pasar utama K-pop.Sebagai gantinya, Hong Kong akan menjadi pasar utama K-pop. Ini terlihat dari keputusan CJ ENM -- konglomerat industri hiburan Korea -- menggelar MAMA Awards, sebelumnya Mnet Asian Music Awards, di Tokyo.MAMA Awards adalah penghargaan K-pop dan Asia paling bergengsi. Acara itu digelar secara penuh tahun 2012 sampai 2016, serta 2017 dan 2018. Ketidakpastian Pasar CinaHYBE, agensi BTS, tidak memasukan Cina, Hong Kong, dan Makau, ke daftar lokasi rekrutmen unguk anggota girl group selama audisi seluruh dunia yang digelar tahun lalu.Data Korea Times juga mendukung langkah perusahaan untuk membuat jarak dengan pasar Cina. Bahwa 31 persen grup K-pop generasi ketiga, yang memulai debut antara 2012 dam 2017, memiliki anggota dari Cina daratan penutur Bahasa Mandarin dan Kanton. Rincinya, 10 dari 32 grup yang memiliki anggota dari Cina daratan.Proporsi itu, dalam kelompok generasi keempat -- atau mereka yang berkarier tahun 2018 sampai sekarang -- keikutsertaan anggota dari Cina daratan tinggal 14 persen. Rincinya, hanya empat dari 27 kelompok K-pop yang memiliki anggota dari Cina daratan.Di antara kelompok generasi ketiga, terdapat 27 dari total 238 anggota grup K-pop yang berasal dari Tiongkok. Jumlah itu menurun menjadi lima dari 191 anggota K-pop generasi keempat.Juga terungkap bahwa boy band K-pop generasi keempat cenderung tidak menyertakan anggota berasal dari Tiongkok. Hanya empat girl group; &nbsp;((G)I-DLE, Cherry Bullet, aespa dan Kep1er, yang memiliki anggota dari Cina daratan dan Taiwan penutur Bahasa Mandarin.Korea Times juga memiliki data 59 grup K-pop yang memulai debut antara 2012-2022, yang dianggap mewakili generasi ketiga dan keempat. Grup itu diproduksi oleh SM Entertainment, JYP Entertainment, HYBE, dan YG Entertainment.Generasi ditentukan berdasarkan laporan terbaru oleh Yuanta Securities Korea, dan berbasis tesis lulusan. Jumlah anggota dihitung berdasarkan informasi mereka pada saat debut.Perusahaan hiburan melihat penjualan album di Tiongkok, meski mengalami pasang surut dalam beberapa tahun terakhir. Penyebabnya adalah tindakan keras pemerintah Tiongkok terhadap aktivitas komersial melalui konten K-pop tahun 2016, sebagai tanggapan kebijakan Korsel menyebar rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD).Data Layanan Bea Cukai Korea menunjukan ekspor album bernilai 220 juta dolar tahun 2021, naik 62,1 persen dari 136 juta pada tahun 2020. Penjualan terus tumbuh sampai 2019.Namun, proporsi penjualan album di Cina terus menurun selama beberapa tahun terakhir. Tahun 2017, penjualan Cina menyumpang 36,1 persen dari seluruh nilai penjualan luar negeri. Turun menjadi 25,7 persen tahun 2018, 18,2 persen tahun 2019, dan 12,6 persen tahun 2020.Dari total penonton BLACKPINK, hanya dua persen berasal dari Cina. Penonton Jepang dan negara-negara Asia mencapai 52 persen. PolitisLee Gyu-tang, profesor studi budaya di Universitas George Mason Korea Sealtan, mengatakan keputusan pelaku industri K-pop bersifat politis."Cina memilih Korea sebagai kasus uji untuk memperkuat kediktatoran di negeri itu. Cina perlu mengontrol konten budaya yang masuk ke negeri mereka," kata Prof Lee.Jung Min-jae, kritikus musik, mengatakan mengambil anggota dari Tiongkok, Makau, dan Hong Kong, menghadirkan risiko politik bagi perusahaan."Generasi kedua dan ketiga K-pop, dengan anggota dari Jepang dan Cina, menghadirkan risiko politik bagi perusahaan," katanya. "Itu terlihat pada EXO dan Super Junior, yang menjadi sasaran kebencian."Prof Lee mengatkan perusahaan hiburan Korea merasakan ada kebutuhan mendesak untuk mendiversifikasi pasar karena tidak ingin bergantung pada pasar Cina dan Jepang.Diversifikasi itu dipercepat oleh sukses BTS di tangga lagu-lagu Billboard dan Covid-19, yang mendongkrak penjualan di pasar AS dan Eropa.Industri K-pop tampaknya akan sepenuhnya merekrut anggota lokal, untuk menghindari risiko politik. "WayV, Niziu, dan NCT Hollywood akan mencerminkan strategi mereka dalam melokalisasi grup K-pop," kata Prof Lee. &nbsp;

K-pop Putuskan Hubungan dengan Cina

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi