JAKARTA, REQnews - Masih ingat skandal Buku Merah yang mengguncang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sekitar tahun 2017-2018 silam?Skandal ini mengakibatkan dua penyidik KPK, yakni Harun dan Roland &nbsp;dikembalikan ke institusinya, yakni Polri, usai diduga melakukan penghilangan barang bukti kasus penggelepan tujuh kontainer daging di Bea Cukai, yang melibatkan Basuki Hariman serta sejumlah aparat penegak hukum.Sidang etik Pengawas Internal KPK kala itu, menjatuhkan sanksi berat kepada Harun dan Roland, yang dipulang ke Polri pada 13 Oktober 2017.&nbsp;Kala itu, kedua nama tersebut adalah penyidik perkara dugaan suap uji materi di Mahkamah Konstitusi dengan tersangka Basuki Hariman sebagai Dirut CV Sumber Laut Perkasa.Namun, KPK sempat menutup rapat soal dugaan pelanggaran tersebut, meskipun pada akhirnya terbuka dan diketahui publik.Sebelum dikembalikan oleh KPK, lucunya, Polri justru mengajukan surat penarikan dua penyidik tersebut ke lembaga antirasuah, dengan alasan masa perbantuan yang sudah selesai.Kasus redup dan perlahan diredam oleh kekuatan institusi besar. Harun dan Roland nasibnya justru menjadi lebih baik.Roland Ronaldy setelah dari KPK, dipromosikan sebagai Kapolres Cirebon dengan pangkat AKBP. Sementara Harun, lulus dari Sespimen dan menjabat Kasubdit II Fiskal Moneter dan Devisa Ditreskrimsus Polda Metro Jaya. Karier keduanya benar-benar moncer.Setahun berselang, sejumlah media nasional bersatu merilis hasil investigasi kasus korupsi, yang diduga melibatkan para petinggi penegak hukum.Indikasi kongkalikong menutupi rekam jejak kasus, bagaikan bangkai yang bau dan tak dapat tertutupi lagi aromanya.Salah satu yang disorot adalah munculnya nama Kapolri Jenderal Tito Karnavian.Dalam dokumen investigasi yang dirilis IndonesiaLeaks, Tito diduga paling banyak mendapat duit dari Basuki Hariman, baik secara langsung maupun melalui orang lain.&nbsp;Dari situlah muncul istilah Buku Merah. Alasannya, daftar penerima duit itu tercatat dalam buku bank, yang diberi sampul berwarna merah atas nama Serang Noor IR.Kala itu, penyidik KPK, Surya Tarmiani yang sempat memeriksa Kumala Dewi, telah menyalin dokumen penting dan pengakuan saksi atas skandal suap Basuki Hariman kepada petinggi Polri ke dalam laptopnya.&nbsp;Ketika itu, tas berisi laptop tiba-tiba dirampas orang tak dikenal saat turun dari taksi. Surya Tarmiani kemudian melaporkan perampasan itu, sayang pelaku tak pernah ditemukan.Skenario dugaan penghilangan barang bukti mulai mencuat ke permukaan, yang diduga dilakukan dua perwira Polri atas nama Roland dan Harun saat menjadi penyidik KPK.Buku merah catatan pengeluaran perusahaan pada 2015-2016 dengan jumlah Rp 4,33 miliar dan 206,1 ribu dolar AS itu sudah tidak utuh lagi.Sebanyak 19 lembar catatan buku merah CV Sumber Laut Perkasa terkait aliran uang suap, sengaja dirusak dan dihilangkan.Dugaan terkuat, penghilangan catatan itu untuk menutupi atau menghapus nama besar petinggi institusi penegak hukum, baik Polri hingga Bea Cukai.Beruntung, peristiwa itu diketahui penyidik KPK lainnya dan terekam kamera CCTV di Ruang Kolaborasi Lantai 9 Gedung KPK pada 7 April 2017.&nbsp;Rekaman itu pula yang kemudian menjadi dasar Pengawas Internal KPK bergerak memeriksa dua penyidiknya terkait upaya penghilangan barang bukti.&nbsp;

Kilas Balik Skandal Buku Merah: KPK Terguncang, Tito Karnavian Terseret

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi