LAMPUNG, REQnews – Direktorat Polisi Perairan dan Udara (Polairud) Polda Lampung berhasil mengungkap tujuh kasus penangkapan ikan ilegal yang dilakukan dengan metode merusak (destructive fishing) di wilayah perairan Lampung.&nbsp; Direktur Polairud Polda Lampung, Kombes Bobby Paludin Tambunan mengatakan bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan selama tiga bulan terakhir yaitu pada 24 Februari hingga 24 April 2025.&nbsp; Bobby menyebut bahwa pihaknya pun telah mengamankan sejumlah pelaku dari berbagai daerah. Menurutnya, tindakan tegas akan dilakukan terhadap berbagai bentuk pelanggaran hukum yang membahayakan ekosistem laut.&nbsp; "Ada empat jenis pelanggaran utama yang kami fokuskan, yaitu penggunaan bom ikan, alat setrum, bahan kimia, serta jaring troll yang tidak sesuai aturan," kata Bobby dalam keterangannya dikutip pada Minggu 27 April 2025.&nbsp; Ia pun merinci bahwa tujuh kasus tersebut meliputi tiga kejadian penggunaan bahan peledak, satu kasus penangkapan dengan setrum, dua kasus memakai bahan kimia, dan empat kasus lainnya terkait jaring troll ilegal.&nbsp; "Total 10 pelaku diamankan dalam operasi tersebut," katanya.&nbsp; Barang bukti yang disita, kata dia, antara lain dua kapal nelayan, 24 detonator, 2,25 kilogram bahan peledak, mesin dinamo, serta dua jaring troll.&nbsp; Ia mengatakan bahwa berdasarkan hasil penyelidikan, para pelaku yang menggunakan bahan peledak mendapatkannya lewat sistem pembelian daring yang terputus (cash on delivery/COD), sehingga identitas antara penjual dan pembeli tidak terungkap.&nbsp; Menariknya, Bobby menyebut bahwa para pelaku kerap memanfaatkan anak-anak sebagai pengantar bahan peledak untuk menghindari kecurigaan petugas.&nbsp; “Modus ini sangat membahayakan. Anak-anak dijadikan kurir bom ikan demi keuntungan ekonomi dengan modal kecil, namun risikonya sangat besar,” katanya.&nbsp; Sementara itu, kata Bobby, dalam kasus setrum, modusnya mengalami perkembangan signifikan. Jika dulu hanya menggunakan aki tegangan rendah untuk perairan tawar, kini pelaku menyambungkan dinamo inverter ke genset untuk menciptakan daya listrik tinggi yang juga berbahaya di perairan laut.&nbsp; “Kerusakan tidak hanya pada ikan, tapi juga pada terumbu karang yang sangat penting bagi keseimbangan ekosistem,” tambahnya.&nbsp; Modus jaring troll pun kini dimodifikasi oleh pelaku dengan ukuran mata jaring dibuat sangat kecil, sekitar 0,5 inci, sehingga turut menangkap ikan-ikan kecil yang seharusnya belum layak tangkap. Dalam salah satu pengungkapan, ditemukan bahwa pelaku berasal dari luar provinsi, yakni Jambi, yang beroperasi secara ilegal di perairan Lampung.&nbsp; “Ini tidak hanya merugikan ekosistem, tapi juga memicu konflik antar nelayan lokal dan dari luar daerah,” lanjutnya.&nbsp; Akibat dari perbuatan para pelaku, telah menimbulkan rusaknya habitat laut seperti terumbu karang, penurunan populasi ikan dan keragaman hayati juga menjadi ancaman serius.&nbsp; "Polda Lampung mencatat potensi kerugian negara akibat praktik ilegal ini mencapai Rp9,3 miliar," ujarnya. &nbsp;

Polda Lampung Ungkap 7 Kasus Destructive Fishing, Kerugian Negara Capai Miliaran Rupiah!

Komentar

Berita Terkait

Berita Rekomendasi